Jumat, 20 Juni 2014

ERIKSON Definisi Kepribadian Menurut Erikson Erikson memiliki pendapat dan pandangan yang hamper sesuai dengan ajaran psikoanalisis Freud., tetapi yakin bahwa Freud salah menilai beberapa dimensi penting perkembangan dalam tahap-tahap psikososial yang berbeda dengan tahap psikososial Freud. Teori Erikson lebih menekankan pada masyarakat dan kebudayaan, karena Erikson memiliki ketertarikan yang besar terhadap ilmu antropologi. Erikson menganggap bahwa dinamika kepribadian individu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar secara biologis dan pengungkapannya dalam tindakan-tindakan sosial. Maka dari itu, digunakanlah istilah psikososial, yang terkait dengan perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia, sementara Freud berpendapat bahwa kepribadian dasar kita dibentuk pada 5 tahun pertama kehidupan kita. Teori kepribadian yang dikemukakan oleh Erikson menyatakan, adanya tahap-tahap perkembangan psikososial yang pada umumnya dihadapkan dengan konflik sosial, dimana konflik ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian individu. Definisi kepribadian tidak ditemukan secara langsung, namun dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan terbentuk dari tahap-tahap kehidupan seorang individu, dari sejak lahir hingga meninggal dibentuk oleh pengaruh interaksi sosial yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan psikologisnya. Struktur Kepribadian Menurut Erikson Ego Kreatif Erikson menggambarkan adanya 8 tahap kualitas yang dimiliki ego yaitu, Trust vs Mistrust, Autonomy vs Shame-doubt, Initiative vs Guilt, Industriousness vs Inferiority, Identity Cohesion vs Role Confusion, Identity Cohesion vs Role Confusion, Intimacy vs Isolation, Generativity vs Stagnation, dan Ego Integrity vs Despair . Ego tersebut dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Ego dapat mengatur id, super ego dan dibentuk oleh konteks kultural dan historik. Ego sempurna menurut Erikson : • Faktualias : Kumpulan fakta, data, dan metode yang dapat diverifikasikan dengan metode kerja yang sedang berlaku. Ego tersebut berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan. • Universalitas : Berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan yang menggabungkan hal yang praktis dan konkret dengan pandangan yang luas. • Aktualitas : Cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, dan memperkuat untuk mencapai tujuan bersama Pada dasarnya Erikson tidak menentang apa yang dinyatakan oleh freud bahwa struktur kepribadian terdiri atas Id, Ego dan Superego. Erikson mengulas lebih dalam mengenai Ego. Menurutnya Ego sebagian bersifat tidak sadar, mengorganisir pengalaman sekarang dengan pengalaman dari masa lalu dan dengan diri masa yang akan datang. Erikson menyatakan ada 3 aspek Ego yang saling berhubungan, yakni : • Body Ego ( pengalaman dengan tubuh) • Ego Ideal ( mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal) • Ego Identity ( gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial. Perkembangan Kepribadian Erikson (Tahapan Psikososial) Erikson membagi perkembangan kepribadian dalam delapan tahapan yang disebut tahapan psikososial. Empat tahapan psikososial yang pertama mirip dengan konsep tahapan perkembangan Freud; tahap oral, anal, phallic, dan latency. Menurut Erikson, setiap tahapan perkembangan memiliki konflik-konflik tersendiri yang disebabkan oleh krisis. Melalui delapan tahapan perkembangan yang ada, Erikson mengemukakan bahwa ketika terjadi ketidakseimbangan dalam satu tahap, maka tetap dapat melanjutkan tahapan perkembangan berikutnya. Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erikson: 1. Oral-sensory (lahir – 1 tahun) 2. Muscular-anal (1 – 3 tahun) 3. Locomotor-genital (3 – 5 tahun) 4. Latency (6 – 11 tahun) 5. Adolescence (17 – 18 tahun) 6. Young adulthood (18 – 35 tahun) 7. Adulthood (35 – 55 tahun) 8. Maturity and old age (55 tahun ke atas) Tahap Perkiraan usia Mengatasi adaptif dan maladaptif Kekuatan dasar Oral-sensory Dari lahir-1tahun Trust vs Mistrust Harapan Muscular-anal 1-3 tahun Autonomy vs Doubt, Shame Kemauan Locomotor-genital 3-5 tahun Initiative vs Guilt Tujuan Latency 6-11 tahun, pubertas Industriousness vs Inferiority Kompetensi Adolescense 12-18 tahun Identity Cohesion vs Role Confusion Kesetiaan Young Adulthood 18-35 tahun Intimacy vs Isolation Cinta Adulthood 35-55 tahun Generativity vs Stagnation Kepeduliaan Maturity and Old Age 55+ tahun Ego Integrity vs Despair Kebijaksanaan 1. Trust vs Mistrust Tahap ini berlangsung pada masa oral yang terjadi pada umur 0 – 1 tahun kehidupan seseorang yang ditandai dengan adanya dorongan untuk mempercayai dan tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Pada tahap ini seorang bayi sangat bergantung kepada orang lain khususnya seorang ibu, untuk mendapatkan rasa aman, terlindungi dan dicintai. Selama tahapan ini mulut menjadi bagian terpenting bagi bayi. Kepercayaan pada bayi akan terbangun dengan baik apabila dorongan oralis mereka terpuaskan. Apabila seorang ibu mampu memberikan respon yang baik terhadap bayi mereka sehingga kebutuhan mereka terpenuhi maka bayi akan mulai membangun rasa kepercayaan terhadap ibu dan dunia mereka sebagai suatu tempat yang aman bagi mereka. Sebaliknya, apabila seorang ibu tidak mampu memberikan respon yang baik terhadap bayinya seperti penolakan dan ketidakkonsistenan perilaku yang ditunjukkan maka hal ini akan membangun rasa ketidakpercayaan, perasaan takut, dan kecemasan. 2. Autonomy vs Doubt, Shame Selama tahap kedua dan ketiga dari masa kehidupan ini disebut sebagai tahap anal-muscular. Tugas yang harus dicapai pasa masa ini adalah kemampuan seseorang untuk mencapai kemandirian dan menghilangkan rasa malu dan ragu-ragu. Dari semua kemampuan yang dimiliki, Erikson mempercayai bahwa yang termasuk dalam hal terpenting dalam sebuah pencapaian adalah “mempertahankan sesuatu dan merelakannya”. Misalnya, mempertahankan sesuatu dapat diwujudkan baik dengan cara yang penuh dengan kasih sayang ataupun bermusuhan. Merelakan sesuatu bisa menjadi suatu bentuk melepaskan kemarahan. Poin terpenting pada tahapan ini adalah untuk pertama kalinya anak bisa melatih kemampuan mereka dalam memilih, dimana hal ini bertujuan untuk membentuk pengalaman yang bisa meningkatkan kekuatan kemandirian seperti toilet-training. Daerah anal menjadi fokus penting dalam tahapan ini karena adanya konflik pada toilet-training. Ketika orang tua menunjukkan rasa frustrasi mereka ketika melatih kemandirian anak, maka hal ini akan membangun perasaan ragu-ragu dan alu pada diri mereka. 3. Initiative vs Guilt Tahap ketiga dari dari perkembangan psikososial ini juga dikatakan sebagai



ERIKSON
Definisi Kepribadian Menurut Erikson
            Erikson memiliki pendapat dan pandangan yang hamper sesuai dengan ajaran psikoanalisis Freud., tetapi yakin bahwa Freud salah menilai beberapa dimensi penting perkembangan dalam tahap-tahap psikososial yang berbeda dengan tahap psikososial Freud. Teori Erikson lebih menekankan pada masyarakat dan kebudayaan, karena Erikson memiliki ketertarikan yang besar terhadap ilmu antropologi. Erikson menganggap bahwa dinamika kepribadian individu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar secara biologis dan pengungkapannya dalam tindakan-tindakan sosial. Maka dari itu, digunakanlah istilah psikososial, yang terkait dengan perkembangan yang dialami oleh setiap individu. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia, sementara Freud berpendapat bahwa kepribadian dasar kita dibentuk pada 5 tahun pertama kehidupan kita. Teori kepribadian yang dikemukakan oleh Erikson menyatakan, adanya tahap-tahap perkembangan psikososial yang pada umumnya dihadapkan dengan konflik sosial, dimana konflik ini akan mempengaruhi perkembangan kepribadian individu.
            Definisi kepribadian tidak ditemukan secara langsung, namun dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan terbentuk dari tahap-tahap kehidupan seorang individu, dari sejak lahir hingga meninggal dibentuk oleh pengaruh interaksi sosial yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan psikologisnya.

Struktur Kepribadian Menurut Erikson
Ego Kreatif
            Erikson menggambarkan adanya 8 tahap kualitas yang dimiliki ego yaitu, Trust vs Mistrust, Autonomy vs Shame-doubt,  Initiative vs Guilt, Industriousness vs Inferiority, Identity Cohesion vs Role Confusion, Identity Cohesion vs Role Confusion, Intimacy vs Isolation, Generativity vs Stagnation,  dan Ego Integrity vs Despair . Ego tersebut dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Ego dapat mengatur id, super ego dan dibentuk oleh konteks kultural dan historik.
Ego sempurna menurut Erikson :
·         Faktualias : Kumpulan fakta, data, dan metode yang dapat diverifikasikan dengan metode kerja yang sedang berlaku. Ego tersebut berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan.
·         Universalitas : Berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan yang menggabungkan hal yang praktis dan konkret dengan pandangan yang luas.
·         Aktualitas : Cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, dan memperkuat untuk mencapai tujuan bersama
Pada dasarnya Erikson tidak menentang apa yang dinyatakan oleh freud bahwa struktur kepribadian terdiri atas Id, Ego dan Superego. Erikson mengulas lebih dalam mengenai Ego. Menurutnya Ego sebagian bersifat tidak sadar, mengorganisir pengalaman sekarang dengan pengalaman dari masa lalu dan dengan diri masa yang akan datang.
Erikson menyatakan ada 3 aspek Ego yang saling berhubungan, yakni :
·         Body Ego ( pengalaman dengan tubuh)
·         Ego Ideal ( mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal)
·         Ego Identity ( gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial.
Perkembangan Kepribadian Erikson (Tahapan Psikososial)
            Erikson membagi perkembangan kepribadian dalam delapan tahapan yang disebut tahapan psikososial. Empat tahapan psikososial yang pertama mirip dengan konsep tahapan perkembangan Freud; tahap oral, anal, phallic, dan latency. Menurut Erikson, setiap tahapan perkembangan memiliki konflik-konflik tersendiri yang disebabkan oleh krisis. Melalui delapan tahapan perkembangan yang ada, Erikson mengemukakan bahwa ketika terjadi ketidakseimbangan dalam satu tahap, maka tetap dapat melanjutkan tahapan perkembangan berikutnya.
Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erikson:
1.      Oral-sensory (lahir – 1 tahun)
2.      Muscular-anal (1 – 3 tahun)
3.      Locomotor-genital (3 – 5 tahun)
4.      Latency (6 – 11 tahun)
5.      Adolescence (17 – 18 tahun)
6.      Young adulthood (18 – 35 tahun)
7.      Adulthood (35 – 55 tahun)
8.      Maturity and old age (55 tahun ke atas)
Tahap
Perkiraan usia
Mengatasi adaptif dan maladaptif
Kekuatan dasar
Oral-sensory
Dari lahir-1tahun
Trust vs Mistrust
Harapan
Muscular-anal
1-3 tahun
Autonomy vs Doubt, Shame
Kemauan
Locomotor-genital
3-5 tahun
Initiative vs Guilt
Tujuan
Latency
6-11 tahun, pubertas
Industriousness vs Inferiority
Kompetensi
Adolescense
12-18 tahun
Identity Cohesion vs Role Confusion
Kesetiaan
Young Adulthood
18-35 tahun
Intimacy vs Isolation
Cinta
Adulthood
35-55 tahun
Generativity vs Stagnation
Kepeduliaan
Maturity and Old Age
55+ tahun
Ego Integrity vs Despair
Kebijaksanaan

1.      Trust vs Mistrust
Tahap ini berlangsung pada masa oral yang terjadi pada umur 0 – 1 tahun kehidupan seseorang yang ditandai dengan adanya dorongan untuk mempercayai dan tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Pada tahap ini seorang bayi sangat bergantung kepada orang lain khususnya seorang ibu, untuk mendapatkan rasa aman, terlindungi dan dicintai. Selama tahapan ini mulut menjadi bagian terpenting bagi bayi. Kepercayaan pada bayi akan terbangun dengan baik apabila dorongan oralis mereka terpuaskan.
Apabila seorang ibu mampu memberikan respon yang baik terhadap bayi mereka sehingga kebutuhan mereka terpenuhi maka bayi akan mulai membangun rasa kepercayaan terhadap ibu dan dunia mereka sebagai suatu tempat yang aman bagi mereka. Sebaliknya, apabila seorang ibu tidak mampu memberikan respon yang baik terhadap bayinya seperti penolakan dan ketidakkonsistenan perilaku yang ditunjukkan maka hal ini akan membangun rasa ketidakpercayaan, perasaan takut, dan kecemasan.
2.      Autonomy vs Doubt, Shame
Selama tahap kedua dan ketiga dari masa kehidupan ini disebut sebagai tahap anal-muscular. Tugas yang harus dicapai pasa masa ini adalah kemampuan seseorang untuk mencapai kemandirian dan menghilangkan rasa malu dan ragu-ragu. Dari semua kemampuan yang dimiliki, Erikson mempercayai bahwa yang termasuk dalam hal terpenting dalam sebuah pencapaian adalah “mempertahankan sesuatu dan merelakannya”. Misalnya, mempertahankan sesuatu dapat diwujudkan baik dengan cara yang penuh dengan kasih sayang ataupun bermusuhan. Merelakan sesuatu bisa menjadi suatu bentuk melepaskan kemarahan.
Poin terpenting pada tahapan ini adalah untuk pertama kalinya anak bisa melatih kemampuan mereka dalam memilih, dimana hal ini bertujuan untuk membentuk pengalaman yang bisa meningkatkan kekuatan kemandirian seperti toilet-training. Daerah anal menjadi fokus penting dalam tahapan ini karena adanya konflik pada toilet-training. Ketika orang tua menunjukkan rasa frustrasi mereka ketika melatih kemandirian anak, maka hal ini akan membangun perasaan ragu-ragu dan malu pada diri mereka.
3.      Initiative vs Guilt
Tahap ketiga dari dari perkembangan psikososial ini juga dikatakan sebagai tahap genital-locomotor. Tahap ini berada pada periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 tahun. Pada masa ini tugas yang harus diselesaikan seorang anak adalah kemampuan dalam membangun inisiatif. Keinginan mereka untuk membuat suatu inisiatif dalam segala aktivitas. Inisiatif dalam bentuk fantasi juga tumbuh dan diwujudkan dalam keinginan anak untuk memiliki sesuatu dari lawan jenis mereka dan merasa bersaing dengan orang tua dari jenis kelamin yang sama.
4.      Industriousness vs Inferiority
Tahap latency yang diungkapkan oleh Erikson dari perkembangan psikososial berada pada usia 6 sampai 11 tahun sesuai dengan tahap latency yang dikemukakan oleh Freud. Anak mulai masuk pada tahap pra-sekolah dan menunjukkan pengaruh baru dari kehidupan sosial. Ketika anak berada di rumah dan di sekolah kedua tempat tersebut menimbulkan dorongan pada anak untuk melakukan sesuatu yang baik terhadap lingkungannya, namun terkadang tidak semua bisa sesuai dengan kemampuan anak sehingga menimbulkan kegagalan. Hal inilah yang akan menumbuhkan rasa rendah diri pada anak. Seberapa jauh anak mampu mengetahui kemampuan dirinya sendiri untuk bisa mengembangkan keahlian mereka ditentukan oleh sikap dan perilaku orang tua dan guru mereka.
5.      Identity Cohesion vs Role Confusion
Masa remaja (adolescence) ditandai dengan adanya isu terkait dengan identitas. Masa remaja merupakan masa persiapan menuju kedewasaan dan dengan kemampuan yang ia miliki, remaja  berupaya membentuk serta memperlihatkan identitas dirinya. Membentuk dan menerima identitas diri tidaklah mudah. Pada masa remaja ini, ikatan atau hubungan dengan teman-teman sebaya mulai erat dan individu akan berusaha untuk menjalin atau membentuk hubungan tersebut. Remaja harus benar-benar menemukan peran yang cocok bagi dirinya. Individu yang berhasil menjalani tahap ini akan dengan percaya diri dan yakin untuk lanjut ke tahap perkembangan psikososial selanjutnya. Jika tidak berhasil, maka individu akan tidak mengetahui peran dan identitasnya.
6.      Intimacy vs Isolation
Memasuki masa dewasa awal (young adulthood), ditandai dengan adanya isu terkait intimacy dan isolation. Pada tahap ini, timbul dorongan intuk membentuk hubungan intim dengan orang-orang tertentu. Ketika individu tidak mampu menjalin relasi dengan individu lainnya, maka akan tumbuh perasaan terisolasi.
7.      Generativity vs Stagnation
Masa dewasa rentan dengan isu generativity dan stagnation.  Pada tahap ini, individu mencapai puncak perkembangan, memiliki beberapa kecakapan yang mampu membuat individu mencapai kesuksesan, dan memiliki pengetahuan yang luas. Pada tahap ini, individu dituntut untuk mengabdikan diri untuk menciptakan sesuatu dan memiliki kepedulian terhadap orang lain (generativity). Jika tidak mampu menghasilkan sesuatu, yang terjadi adalah stagnation (tidak memiliki kepedulian tehadap orang lain).
8.      Ego Integrity vs Despair
Dalam tahapan perkembangan terakhir psikososial Erikson (maturity), individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya.  Pada tahap ini, amsih terdapat keinginan untuk meraih prestasi. Namun, karena adanya penurunan kemampuan, individu sering merasakan keputusasaan. Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Proses Kepribadian dalamTeori Erikson
            Erikson menanamkan gagasan baru dalam teori psikoanalisa. Erikson memperluas dan memperbaharui prinsip dasarnya dengan sebuah temuan baru dan merubah konsepnya. Erikson menyatakan bahwa perkembangan manusia melibatkan serangkaian konflik yang setiap orang konfliknya harus diatasi. Ketika konflik pada setiap tahap tidak diselesaikan, kita cenderung tidak dapat beradaptasi dengan tahap berikutnya meskipun lebih sulit untuk dicapai, dan hasil yang bagus masih bisa tercapai.
            Erikson dan beberapa tokoh lainnya mempercayai bahwa keputusan yang baik lebih dipengaruhi oleh ego daripada Id dan superego. Erikson juga percaya bahwa ego harus menggabungkan kedua cara yaitu maladaptif (negatif) dan adaptif (positif) untuk menghadapi masalah. Dalam tahap pertama perkembangan psikososial kita dapat menanggapi krisis dengan mengembangkan rasa kepercayaan atau rasa tidak kepercayaan.
            Kepercayaan adalah cara yang lebih adaptif, dan diinginkan untuk mengatasi karna jelas sikap psikologisnya sehat. Namun kita juga harus menggunakan sedikit ketidakpercayaan sebagai bentuk perlindungan. Erikson melihat adanya kerentanan dan efek yang fatal didalam Ego. Erikson juga memandang Ego sebagai sesuatu yang dapat dipelajari dan kreatif. Seperti telah memilki anatomi atau struktur. Ego juga tidak selamanya penghambat, tetapi juga bisa menjadi dorongan bagi seorang individu.
            Beberapa perbedaan terori antara Erikson dan Sigmund Freud, yaitu :
·         Freud menekankan bahwa kepribadian dibentuk pada usia 5 tahun pertama, sementara Erikson menekankan bahwa kepribadian berlanjut terus-menerus dan berkembang pada tahap-tahap sepanjang rentang kehidupan.
·         Freud menekankan kepribadian pada id, sementara Erikson lebih menekankan kepribadian pada ego.
·         Freud tidak terlalu memberikan penekanan pada pengaruh sosial dalam perkembangan kepribadian, sementara Erikson menekankan pada pengaruh budaya dan sejarah dalam membentuk kepribadian individu.
·         Freud menekankan kepribadian pada id, Erikson menekankan kepribadian pada ego.
·         Freud kurang menekankan kepribadian pada pengaruh sosial, sedangkan Erikson mengakui adanya pengaruh budaya sosial dan sejarah dalam perkembangan kepribadian. Erikson mengatakan bahwa kita tidak diatur seutuhnya oleh kekuatan biologis yang bekerja pada masa kanak-kanak.

Assessment dalam Teori Erikson
            Erikson ikut memimpin Freud dalam formulasi teori tertentu, tetapi ia menyimpang dari Freud dalam metode nya untuk menilai kepribadian.
Erikson mendefinisikan psychohistorical analysis sebagai  “studi individual dan kehidupan kolektif dengan metode yang memadukan psikoanalisis dan sejarah”. Erikson menggunakan  psychohistorical analysis untuk menunjukan  keyakinan utamanya bahwa setiap orang adalah hasil dari masa sejarahnya. Sebagai pencetus psychohistorical analysis, Erikson percaya bahwa ia harus terlibat secara emosional dengan subjek. Contohnya, ia mengembangkan keterikatan emosional yang kuat dengan Gandhi, yang ia hubungkan dengan pencarian seumur hidup akan ayahnya yang tidak pernah ia temui. Dalam mencari jawabannya, Erikson meninjau seluruh siklus kehidupan Gandhi. Erikson menggambarkan perbedaan antara konflik-konflik pada orang-orang hebat, seperti Gandhi dan orang-orang yang terganggu secara psikologis.

Erikson’s Image of Human Nature ( image erikson’s terhadap sifat manusia)
Teori Erikson memungkinkan untuk optimisme karena setiap tahap pertumbuhan psikososial, meskipun cukup berat , tetapi kemungkinan mendapatkan hasil yang positif. Kita mampu menyelesaikan setiap krisis dengan cara yang adaptif dan penguatan .
Kita memiliki potensi secara sadar untuk  mengarahkan pertumbuhan kita di seluruh kehidupan kita .. kita memperoleh peningkatkan kemandirian dan kemampuan tumbuh untuk memilih cara kita menanggapi krisis dan tuntutan masyarakat . Pengaruh masa kanak-kanak adalah hal penting.
Teori Erikson hanya sebagian deterministik. Selama empat tahap pertama , pengalaman yang kita terkena - melalui orang tua , guru , kelompok sebaya , dan berbagai celah - sebagian besar di luar kendali kita . Kehendak bebas dapat dilaksanakan lebih selama empat tahap terakhir, meskipun pilihan kita akan terpengaruh oleh sikap dan kekuatan kita terbentuk selama tahap-tahap awal  yaitu masa kanak-kanak.
Secara umum , Erikson percaya bahwa kepribadian lebih dipengaruhi oleh pembelajaran dan pengalaman daripada oleh faktor keturunan. Pengalaman psikososial, kekuatan biologis tidak naluriah , merupakan penentu yang lebih besar dari pengembangan kepribadian . Akhir , tujuan utama kita adalah untuk mengembangkan identitas ego positif yang menggabungkan semua kekuatan dasar .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar