Jumat, 20 Juni 2014

Aliran dalam psikologi



HUMANISME


          Sejarah singkat
Carl Rogers lahir di Oak Park, Illionis pada tanggal 8 Januari 1902. Rogers bekerja sebagai psikoterapis dan dari profesinya inilah beliau mengembangkan teori humanistiknya. Rogers menyebut dirinya sebagai orang  yang berpandangan humanistik dalam psikologi kontemporer. Menurut pendapatnya, psikologi humanistik lebih penuh harapan dan optimistik tentang manusia. Ia yakin bahwa dalam diri setiap orang terdapat potensi-potensi untuk menjadi sehat dan tumbuh kreatif. Kegagalan dalam mewujudkan potensi-potensi ini disebabkan oleh pengaruh yang bersifat menjerat dan keliru dari latihan yang diberikan orang tua, serta pengaruh-pengaruh sosial lainnya.
Pada tahun-tahun pertama, Rogers sangat gemar dalam mendalami ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan studinya di University of Wisconsin pada tahun 1924, Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian, beliau pindah ke Teachers College of Columbia. Di sana Rogers mendapat pandangan filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktiknya yang pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut berorientasi Freudian. Setelah beberapa lama, Rogers menyadari bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi, Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center. Selama masa ini Rogers dipengaruhi oleh Otto Rank, seorang psychoanalyst yang memisahkan diri dari Freudian yang ortodok.
Pada tahun 1940, Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena rangsangannya Rogers merasa terpaksa harus membuat pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas.
Dalam pandangan dunia psikologi, Carl Rogers diidentifikasikan dengan metode psikoterapi yang diciptakan dan dikembangkannya. Tipe terapi ini disebut tidak mengarahkan atau berpusat pada klien (Client Centered Therapy) yang berhasil dilakukan dalam kondisi optimal.

          Struktur kepribadian
Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Beliau lebih menaruh perhatian pada perubahan dan perkembangan kepribadian. Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas apabila membicarakan tentang struktur kepribadian menurut teori humanistik oleh Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self.
1.    Organisme
Secara psikologis, organisme adalah lokus atau tempat dari seluruh pengalaman yang meliputi segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran organisme pada setiap saat. Pengalaman mungkin tidak tepat dilambangkan, akan tetapi orang cenderung mencek pengalaman-pengalaman yang dilambangkanengan dunia sebagaimana adanya. Uji terhadap kenyataan ini memberikan orang pengetahuan yang dapat diandalkan tentang dunia sehingga dengan demikian orang dapat bertingkah laku secara realistis.
Pengertian organisme mencakup tiga hal, yaitu:
1.         Makhluk hidup: organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologiknya.
2.         Realitas subyektif: Organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau dialaminya.
3.         Holisme: organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yakni tujuan mengaktualisasi, mempertahankan dan mengembangkan diri.

2.    Medan fenomena (Phenomenal field)
Rogers mengartikan medan fenomena sebagai keseluruhan pengalamanan baik yang internal (persepsi mengenai diri sendiri) maupun eksternal (persepsi mengenai dunia luar), disadari maupun yang tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia. Medan fenomena meliputi pengalaman yang: disimbolkan (diamati dan disusun dalam kaitannya dengan diri sendiri), disimbolkan tetapi diingkari/dikaburkan (karena tidak konsisten degan struktur dirinya), dan tidak disimbolkan atau diabaikan (karena duamati tidak mempunyai hubungan dengan strutur diri). Pengalaman yang disimbolkan merupakan pengalaman yang disadari, sedangkan pengalaman yang diingkari / diabaikan merupakan pengalaman yang tidak disadari. Rogers berpendapat bahwa hanya ada satu cara untuk membedakan, yaitu mengetes realitas, atau mengecek kebenaran dari informasi.

3.    Self (diri)
Konsep pokok dari teori keprbadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Self terbentuk melalui diferensiasi medan fenomena. Self juga terbentuk melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu dan dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap sebagai ancaman. Self dapat berubah sebagi akibat kematangan biologik dan belajar.
Self merupakan konstruk utama dalam teori kepribadian Rogers, yang dewasa ini dikenal dengan “self concept” (konsep diri).
Apabila pengalaman-pengalaman yang dilambangkan yang mem-bentuk diri benar-benar mencerminkan pengalaman-pengalaman organisme, maka orang yang bersangkutan disebut berpenyesuaian baik, matang, dan berfungsi sepenuhnya.

          Dinamika kepribadian
Organisme mempunyai satu kecenderungan dan kerinduan dasar, yakni meng-aktualisasikan, mempertahankan, dan mengembangkan organisme yang mengalaminya. Kecenderungan untuk mengaktualisasi ini bersifat selektif, menaruh perhatian hanya pada aspek-aspek lingkungan yang memungkinkan orang bergerak secara konstruktif ke arah pemenuhan kebutuhan. Satu kekuatan yang memotivasi yakni dorongan untuk meng-aktualisasikan diri, di sisi lain hanya ada satu tujuan hidup yakni menjadi pribadi yang ter-aktualisasikan.
Seseorang tidak dapat mengaktualisasikan dirinya kalau ia tidak dapat membedakan antara cara-cara tingkah laku progresif dan regresif. Seseorang harus mengetahui sebelum mereka memilih, tetapi bila mereka benar-benar mengetahui maka mereka selalu memilih untuk bertumbuh dan bukan untuk mundur.
Pada dasarnya tingkah laku adalah usaha organisme yang berarah tujuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sebagaimana dialami dalam medan, sebagaiman medan itu dipersepsikan. Rogers mengakui bahwa kebutuhan-kebutuhan dapat menimbulkan tingkah laku yang tepat meskipun kebutuhan-kebutuhan itu tidak dialami secara sadar (dialami dengan memadai).
Meskipun teori Rogers tentang motivasi bersifat monistik, ia telah memberi perhatian khusus pada dua kebutuhan, yakni kebutuhan akan penghargaan yang positif (the need for positive regard) dan kebutuhan akan harga diri. Keduanya adalah kebutuhan yang dipelajari. Kebutuhan yang pertama terjadi pada masa bayi sebagai akibat karena bayi dicintai dan diperhatikan dan kebutuhan yang kedua terbentuk karena bayi menerima penghargaan positif dari orang-orang lain.

           Perkembangan kepribadian
Rogers tidak memberikan jadwal waktu tahap-tahap penting yang dilalui orang dari masa bayi hingga masa dewasa. Sebaliknya ia memusatkan perhatian pada cara-cara bagaimana penilaian orang-orang terhadap individu, khususnya selama masa kanak-kanak, cenderung memisahkan pengalaman-pengalaman organisme dan pengalaman-pengalaman pribadi.
Apabila penilaian-penilaian ini semata-mata bernada positif, yang oleh Rogers disebut unconditional positive regard atau penghargaan positif tanpa syarat, maka tidak akan terjadi pemisahan atau ketidaksesuaian antara organisme dan diri. Tetapi karena penilaian-penilaian tingkah laku anak oleh orangtuanya dan orang-orang lain kadang-kadang positif dan kadang-kadang negatif, maka anak belajar membedakan antara perbuatan-perbuatan dan perasaan-perasaan yang berharga (disetujui) dan tidak berharga (tidak disetujui).
         Pengalaman-pengalaman tidak berharga cenderung dikeluarkan dari konsep diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar